Pernyataan Alfian dalam kampanye SBY-No di makassar, bahwa orang sulsel belum saatnya menjadi pemimpin negara ini merupakan pernyataan sesat dan menyinggung Sara (kesukuan).
Ada beberapa hal dalam statemen alfian yang membuat ketersinggungan orang-orang sulsel dan masyarakat Indonesia secara luas serta pencederaan terhadap demokrasi.
Pertama, bahwa orang-orang sulsel belum saatnya memimpin bangsa ini. Statemen tersebut tidak berdasar dan merupakan penilaian yang sesat, tidak saja merendahkan kapasitas dan kapabilitas orang-orang sulsel, tetapi menggiring opini bahwa hanya suku si A yang pantas saat ini. Pernyataan itu mengingkari eksistensi bangsa ini dan mengkotak-kotakkan masyarakat Indonesia malah justru terjebak dalam pilihan-pilihan kesukuan (Sara). Tidak ada satu orangpun yang berhak menilai Suku-suku siapa yang lebih pantas dalam memimpin negara ini.
Lalu, siapa Alfian yang berhak menilai, menggurui & menasehati orang-orang Sulsel? dia bukanlah tokoh masyarakat sulsel, dia tidak lebih sebagai juru kampanye SBY-No sehingga tidak punya kapasitas untuk mendiskreditkan pilihan politik orang sulsel. Statement Alfian dalam kampanye SBY-No, tidak dalam kapitasnya sebagai orang yang terpercaya yang telah menjustifikasi orang-orang sulsel melakukan pilihan primordialistik ketika pilihan politik mereka mendukung JK Wiranto.
Tokoh-tokoh terkemuka dan orang sulsel jelas sangat tersinggung ketika Suku mereka diangkat ke permukaan politik dan dinilai belum saatnya memimpin negara ini. Alfian mallarangeng seakan melupakan sejarah bangsa ini dan sejarah orang bugis-makassar yang telah melanglang tidak saja dalam sejarah nasional tetapi juga kiprahnya dalam dunia internasional.
Kedua, justifikasinya yang menganggap orang-orang sulsel melakukan pilihan primordialistik. Pembelaan Alfian dalam wawancara TVone (jumat malam, 3/6/2009) bahwa tidak ada maksud demikian karena sungguh dia orang sulsel sendiri, tidak dapat diterima. Statemen Alfian sambil mengutip nasehat bijak orang sulsel dalam menjustifikasi statemennya. Kandungan kutipan nasehat sulsel yang dia kutip mengatakan bahwa orang-orang bugismakassar itu merdeka, hanya nilai-nilai norma yang dipertuan/dijunjung tinggi. Kutipan ini justru bertentangan (kontraproduktif) ketika kemudian menjustifikasi pilihan orang sulsel terhadap JK wiranto adalah primordial.
Dalam wawancaranya di TVone (jumat malam, 3/6/2009), Alfian bukan tanpa sebab katanya mengeluarkan statement tersebut, tapi berdasarkan sms-sms yang dia terima dari orang-orang yang mendukung JK Wiranto disimpulkannya sangat primordial. Persoalannya kemudian adalah, karena Alfian melakukan overgeneralisasi terhadap orang-orang sulsel bahwa pilihan mereka adalah primordialistik kalau telah mendukung JK Wiranto. Pembenaran terhadap pilihan politiknya yang mendukung SBY-No merupakan pilihan rasional, dan mengingkari pilihan rasional selain SBY-No adalah sungguh naif.
Alfian menutup mata dan menganggap hanya dirinya sebagai orang sulsel yang melakukan pilihan rasional bukan berdasarkan pilihan primordialistik. Bahwa ketika dia telah menjatuhkan pilihannya terhadap SBY Budiono, dia telah terbebas dari pilihan-pilihan berdasarkan kesukuan/primordial. Objektivitas pilihan yang dianggapnya tepat bagi dirinya, justru dia dan pilihan rasionalnya (baca: motif kepentingan pribadi) tidak lebih baik dari pilihan primordial, karena berbagai motif kepentingan kekuasaan yang telah melekat padanya dalam pemerintahan SBY saat ini.
Sekalipun orang sulsel memilih JK Wiranto, bukan berarti pilihan mereka berdasarkan ikatan kesukuan atau primordial. Berbagai alasan dapat melekat pada pilihan tersebut. Pada kenyataannya, orang-orang sulsel, yang tidak saja yang menetap disulsel, yang tersebar disantero nusantara, justru melakukan pilihan bebas (merdeka) terhadap calon-calon pasangan kandidat presiden, dengan berbagai alasan pilihan yang mendasarinya.
Ketiga, statemen alfian tidak hanya menimbulkan ketersinggungan Sara bagi orang-orang sulsel. Tetapi juga statemen alfian juga mengandung cara-cara tidak etis dalam berkampanye yang selayaknya dilakukan oleh seorang tim sukses. Apa yang dilakukan oleh Alfian adalah upaya menggiring opini dan pilihan politik ke kandidat yang dia usung (SBY-No). Sangat jelas Alfian telah mengangkat Sara dalam upaya mendukung pilihannya yaitu SBY-No. Ini bukan pertama kali dilakukan oleh tim-tim sukses SBY-No, sebutlah Rohut Sitompul, Muborak, juga pernah meminta maaf atas ketersinggungan Sara yang telah diperbuatnya.
Pernyataan Alfian telah mengundang simpatisan pendukung SBY-No malah tidak simpatik lagi terhadap cara-cara SBY-No & tim suksesnya, dan masyarakat akan membuat pilihan ke kandidat lainnya yang lebih menghargai pluralitas dan kemajemukan berbangsa dan bernegara.
Saya kembali teringat apa yang dikatakan John lucke puluhan tahun silam bahwa ketidaktentraman dan kenyamanan masyarakat dapat disulut oleh kepentingan pribadi akibat akal bebasnya telah mengacau kehidupan bermasyarakat. Alfian telah menjadi salahsatu sosok pengacau dan pemicu yang telah mengutak-atik tatanan integritas bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar