Minggu, 25 Oktober 2009

AGENDA REFORMASI MILITER (TNI) YANG TERSENDAT

Menyorot RUU Kamnas versi Dephan

Konsepsi universal, supremasi sipil mengharuskan setiap negara demokrasi untuk menciptakan suatu sistem ketatanegaraan yang tidak memungkinkan aktor militer untuk mengambil suatu inisiatif tindakan represif tanpa persetujuan institusi sipil.

Sebagai bagian dari negara demokrasi maka prinsip-prinsip universal menjadi pedoman dalam kerangka membangun supremasi sipil. UU TNI sebagai produk reformasi telah berhasil menegaskan bahwa TNI adalah alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara (Pasal 2, 3 dan 5).

Kamis, 09 Juli 2009

BENARKAH KARAKTERISTIK MASYARAKAT INDONESIA LEPAS DARI PRIMORDIALISME?

“Statemen Alfian Mallarangeng menjadi Realistis”

Pasangan JK-Wiranto adalah simbol pasangan satu-satunya yang berasal dari luar jawa (minoritas), Sedangkan SBY-Budiono maupun Mega-Prabowo merupakan simbol Jawa (mayoritas) pada pilpres 2009. Dalam tiga kali acara debat kandidat Presiden yang diadakan oleh KPU, maka siapa pun mengakui (kecuali tim sukses yg telah berpihak) kalau JK (Jusuf Kalla) unggul dalam tiap acara tersebut. Elektabilitas JK terus naik. Namun berbanding luruskah dengan perolehan suara 8 juli 2009?
Hasil pilpres yang dilaksanakan 8 juli 2009 memberikan berbagai analisis terhadap hasil suara yang dihasilkan. Pasangan no.urut 2 (SBY-Budiono) hampir unggul di semua propinsi dengan rata-rata diatas 50 %, kecuali diantaranya Sulsel dimana JK unggul tipis diatas 50% dan SBY-Budiono diatas angka 40%.

Jumat, 03 Juli 2009

CUCI OTAK ALFIAN MALLARANGENG

Pernyataan Alfian dalam kampanye SBY-No di makassar, bahwa orang sulsel belum saatnya menjadi pemimpin negara ini merupakan pernyataan sesat dan menyinggung Sara (kesukuan).
Ada beberapa hal dalam statemen alfian yang membuat ketersinggungan orang-orang sulsel dan masyarakat Indonesia secara luas serta pencederaan terhadap demokrasi.
Pertama, bahwa orang-orang sulsel belum saatnya memimpin bangsa ini. Statemen tersebut tidak berdasar dan merupakan penilaian yang sesat, tidak saja merendahkan kapasitas dan kapabilitas orang-orang sulsel, tetapi menggiring opini bahwa hanya suku si A yang pantas saat ini. Pernyataan itu mengingkari eksistensi bangsa ini dan mengkotak-kotakkan masyarakat Indonesia malah justru terjebak dalam pilihan-pilihan kesukuan (Sara). Tidak ada satu orangpun yang berhak menilai Suku-suku siapa yang lebih pantas dalam memimpin negara ini.

Selasa, 17 Maret 2009

Menadah Hujan di Lereng Bukit

Suatu kali aku duduk di gubuk pinggir pematang sawah.Hamparan sawah terasering yang dibuat petak-petak kecil yang bertingkat-tingkat dengan luas yang beragam. Kulayangkan pandanganku ke hamparan di depanku, sawah yang terbentang luas. Benih-benih padi yang telah usai ditancapkan ke sawah, ditanam dengan tata pola yang rapi, baris berbaris, sejengkal demi sejengkal. Senandung doa di sanubari mengiringi tiap bibit yang dicelupkan ke tanah.

Bulan kemarin, ketika hujan berubah arah mulai menyiram tempat kami, memberikan harapan untuk segera kami mengambil cangkul untuk membalik tanah persawahan kami, tanah yang keras kami hancurkan. Kemudian mendiamkannya untuk selanjutnya kami injak-injak biar rata, menenggelamkan rumput kebalik tanah.

Sebulan telah berlalu. Semai benih telah setinggi lutut, Saat tanam padi di sawah telah tiba. Peluh keringat yang terus mengalir disetiap tubuh dibawah terik matahari yang telah sepuluh derajat lewat diatas kepala. Sejenak dipinggir pematang ini, mengisi kekuatan lagi dari rantang makanan yang dibawa dari rumah tadi pagi-pagi sekali.

Ramai kami dipinggir pematang. Gelak tawa selalu ada walau diantara cerita-cerita sederhana, tawa murni, cerita ini versi kami, jadi parodi kesenjangan tiap melakonkan tentang peristiwa-peristiwa dan gaya hidup yang diberitakan dan dipertontonkan media.
Kurasakan getaran tiap kali kumasuk dalam mimpi-mimpi para petani ini. Penuh harapan di musim panen empat bulan mendatang, karena Kami hanya mengandalkan musim hujan yang datang di sini.

Realitas yang telah menjadi asing di tempat lain. transformasi dibawah kaki bukit ini hingga bentangan jauh ke tempat lain telah berubah, subsistem fisik telah menjadi beda,lahan sawah, tata-tanam, sistem irigasi, serta subsistem sosial pun tak sama lagi, lahan sawah yang berubah fungsi, status petani yang menjadi buruh, bahkan kepemilikan lahan pun berubah.

Rabu, 28 Januari 2009

Golput Haram, Rokok Haram

Ada ada aja MUI, golput haram, rokok haram..
Sebut nama aja siapa2 yang haram sekalian..biar runyam.
inilah wajah MUI-ku, sudah menjadi tuhan..
inilah kuasa MUI-ku, sudah disalahgunakan!

Aku golput dikatakan haram,
aku merokok dibilang haram,
emang MUI pilih siapa di Pemilu?
trus MUI bisa bedakan tdk tembakau dengan Babi?

Mana statemen MUI-ku saat para pejabat korupsi?
Mana solusi MUI-ku saat ribuan buruh pabrik di PHK?

kalo MUI peduli dengan umat,
dmana pada saat rakyat tertimpa bencana
dmana saat rakyat kena banjir
dmana saat ekonomi lagi sulit.

Knapa hanya milih situasi yg empuk-empuk saja.


Senin, 26 Januari 2009

Menyapa Amarah

Amarah telah datang, menyiram panas, kalahkan Api.
Sebentar lagi sgalanya kan kuamuk.
Terserah! aku disini marah.
Kan kukeluarkan sgala binatang dengan kotorannya.

Lihatlah, raut merah wajahku dengan kepala mendidih
Tak peduli siapa gentar dan penghadang, labrak.
Jalan telah panjang dibelakang kakiku
Kutitip surga yang telah aku nikmati.

Puih, Aku akan pergi tanpa tatakrama.

Rabu, 21 Januari 2009

Subuh ke-3

Mata yang masih enggan terlelap dalam tidur, disepanjang malam-malam tanpa batas memandangi lakon ditiap sudut dunia. Tivi, berita,leptop, internet, menghisapku dalam sgala kepedulian, didekap dinginnya AC, terjebak bersamaku dalam ruangan. Hanya sesekali ponselku menyela dalam khasnya. aku masih terduduk dibalik ruang dengan tiga pintu satu jendela.

Darah pernah keluar dari kulitku. Kali ini tidak, dari Mataku, terlihat merah dalam cermin, dan masih awas terhadap detail yang nampak.Lantunan Adzan subuh tegas menghampiri. Terjaga aku dalam waktu, pada tiga hari tanpa matahari.

Realitas hadir tanpa halang, Kuliat sgalanya dalam mata telanjang, dibalik kaca. Aku diluar dunia, kurasakan langit. Ah, Aku tanpa Arah.

Jumat, 16 Januari 2009

Ironi Banjir

Kuletakkan jari-jariku di atas keyboard leptopku, berusaha menulis ingatan-ingatanku yang masih tersisa, akan malam ini, kemarin dan kemarin sebelumnya, di tiga hari yang terus dirundung hujan. Berita-berita banjir mengudara disetiap channel media. Musim banjir yang terus mengiringi hujan di kota ini, jakarta.

Malam ini gemuruh di atas sana, di tempat para bintang biasanya mengerlap-kerlipkan cahaya, tapi tertutup gelap. Tak ada lagi yang terlelap di tidurnya, takut, jangan-jangan banjir lebih parah malam ini. Takut, tidur akan membawanya lelap dan hanyut terbawa. Diatas sana adalah warning, seperti hari-hari sebelumnya, banjir slalu datang bersama hujan. Benar saja, tv telah menyiarkan banjir di daerah 20 km dari tempatku. aih, sebentar lagi di sini.

Hari ini ku tak masuk kantor. Sejak tadi pagi, barang-barang, perabot-perabot rumah dan segala yang kuanggap penting telah kuangkat sebisa mungkin ditempat tinggi dalam rumahku. tadi pagi juga, ku bantu tetangga melakukan hal yang sama denganku. mudah2n tindakan ini tidakkan kecolongan lagi seperti hari-hari kemarin, sebagian telah dirusakkan oleh air yang meluap masuk ke setiap rumah.

Kemarin, hanya bisa pasrah kala luapan air dimana-mana merambat ke setiap sudut ruang, sedikit bersukur hanya naik 5 centimeter. dipojok jalan sana malah sampai 1 meter. di tempat lain malah hanya menyisakan atap rumah. aku di ketinggian sedikit. apalagi yang bisa diperbuat, mencaci?mengumpat?bersyukur?.

Kemarin sebelumnya. hujan yang tiba2 datang tanpa henti dalam sehari menjadikan kotaku tergenang, kemacetan dimana-mana, sebagian hanyut terbawa luapan air. aku memilih menginap di kantor.

Negeriku ini aneh, memang lagi salah urus. Liat saja, harga air minum per liter seperti aqua sama dengan harga bahan bakar minyak. Pada hal tiap tahun negeri ini kelimpahan air, sampai banjir malah.

Musim hujan telah tiba, awal musim yang diiringi banjir. Aih, fase musim ini terjalani dalam enam bulan. Enam bulan dalam bayang banjir. Sekali lagi aku menengadah ke langit, masih gelap pekat, sesekali gemuruh terdengar dari sana di sini.Sebentar lagi.

Senin, 12 Januari 2009

Pusara Rahasia..

(telat postingnya)
Merajuk dalam belantara hati sendiri,sesaat ketika tersadar akan cerita hari kemarin. Kala kelakuan, kehormatan dan kemaluan, membaur terbungkus oleh citra, aib dan cinta.
Sebagian menjadi rahasia, dengan itu smuanya kan tetap terlihat dan terasakan indah dan sempurna. sedang aku, tetap meronta di titik pusara rahasia dibalik tujuh lapis rahasia.