Jumat, 16 Januari 2009

Ironi Banjir

Kuletakkan jari-jariku di atas keyboard leptopku, berusaha menulis ingatan-ingatanku yang masih tersisa, akan malam ini, kemarin dan kemarin sebelumnya, di tiga hari yang terus dirundung hujan. Berita-berita banjir mengudara disetiap channel media. Musim banjir yang terus mengiringi hujan di kota ini, jakarta.

Malam ini gemuruh di atas sana, di tempat para bintang biasanya mengerlap-kerlipkan cahaya, tapi tertutup gelap. Tak ada lagi yang terlelap di tidurnya, takut, jangan-jangan banjir lebih parah malam ini. Takut, tidur akan membawanya lelap dan hanyut terbawa. Diatas sana adalah warning, seperti hari-hari sebelumnya, banjir slalu datang bersama hujan. Benar saja, tv telah menyiarkan banjir di daerah 20 km dari tempatku. aih, sebentar lagi di sini.

Hari ini ku tak masuk kantor. Sejak tadi pagi, barang-barang, perabot-perabot rumah dan segala yang kuanggap penting telah kuangkat sebisa mungkin ditempat tinggi dalam rumahku. tadi pagi juga, ku bantu tetangga melakukan hal yang sama denganku. mudah2n tindakan ini tidakkan kecolongan lagi seperti hari-hari kemarin, sebagian telah dirusakkan oleh air yang meluap masuk ke setiap rumah.

Kemarin, hanya bisa pasrah kala luapan air dimana-mana merambat ke setiap sudut ruang, sedikit bersukur hanya naik 5 centimeter. dipojok jalan sana malah sampai 1 meter. di tempat lain malah hanya menyisakan atap rumah. aku di ketinggian sedikit. apalagi yang bisa diperbuat, mencaci?mengumpat?bersyukur?.

Kemarin sebelumnya. hujan yang tiba2 datang tanpa henti dalam sehari menjadikan kotaku tergenang, kemacetan dimana-mana, sebagian hanyut terbawa luapan air. aku memilih menginap di kantor.

Negeriku ini aneh, memang lagi salah urus. Liat saja, harga air minum per liter seperti aqua sama dengan harga bahan bakar minyak. Pada hal tiap tahun negeri ini kelimpahan air, sampai banjir malah.

Musim hujan telah tiba, awal musim yang diiringi banjir. Aih, fase musim ini terjalani dalam enam bulan. Enam bulan dalam bayang banjir. Sekali lagi aku menengadah ke langit, masih gelap pekat, sesekali gemuruh terdengar dari sana di sini.Sebentar lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar